Selasa, 19 Maret 2013

contoh judul proposal geografi

Judul : PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI LUAR KELAS (LINGKUNGAN SEKOLAH) DENGAN DI DALAM KELAS MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR I. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka. Dalam hal ini Syah (2006:1) menyatakan, berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini, tentu saja diperlukan adanya pendidik yang profesional terutama guru di sekolah-sekolah dasar dan menengah dan dosen diperguruan tinggi. Untuk mencapai keberhasilan kualitas belajar mengajar yang diharapkan perlu adanya suatu pendekatan yang relevan dengan tuntunan kurikulum yang terus berubah. Sehingga apapun pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar terutama dalam pembelajaran geografi, sudah seharusnya siswa diposisikan sebagai pusat perhatian utama. Pola pembelajaran di kelas tidak hanya dilakukan oleh didaktik melainkan juga bagaimana peran guru geogarafi memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar bisa diperoleh melalui serangkaian penjelajahan lingkungan secara aktif. SMA Negeri 1 Kreung Barona Jaya adalah salah satu sekolah dimana gurunya mengajar di dalam kelas dan juga di luar kelas . Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang tepat, efesien, dan seefektif mungkin. Guru membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa dengan jalan bekerja sama dengan mereka dan menyediakan lingkungan yang bermakna dan sesuai dengan minatnya, melatih mereka melaksanakan apa yang telah dipelajari dan menyediakan tantangan-tantangan yang mendorong mereka untuk lebih maju. Menurut Selamat (2001:105), sebagai komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) guru memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan karena fungsi utama guru merancang, mengelola, dan mengevaluasi pembelajaran. Salah satu faktor yang mempengaruhi guru dalam memperluas dan mendalami materi pembelajaran adalah rancangan yang dibuat atau dipilihnya. Pada hakikatnya, tidak ada satupun metode pengajaran dalam akivititas pendidikan yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pembahasan materi yang ada dalam setiap bidang studi, karena setiap metode pengajaran yang ada pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing secara khas. Dalam kegiatan operasional pengajaran sangat ditentukan oleh materi atau isi pelajaran yang disampaikan. Tidak setiap materi atau topik pelajaran yang disajikan dapat sesuai dengan menggunakan metode tertentu. Berpijak dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh lagi dengan mengadakan sebuah penelitian dengan judul “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa di Luar Kelas (Lingkungan Sekolah) Dengan di Dalam Kelas Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri 1 Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar”. II. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada rencana penelitian adalah “Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa di luar kelas (Lingkungan Sekolah) dengan di dalam kelas mata pelajran geografi di SMA Negeri 1 Kreung Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar”. III. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa di luar kelas (di lingkungan sekolah) dengan di dalam kelas mata pelajaran geografi di SMA Negeri 1 Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar. IV. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan kepada guru dan para pengambil kebijakan pendidikan khusunya dalam pengajaran geografi, guna memperoleh suatu gambaran yang jelas mengenai ada tidaknya perbedaan prestasi belajar siswa di luar kelas (di lingkungan sekolah) dengan di dalam kelas mata pelajaran geografi. V. Hipotesis Penelitian Menurut Suryabrata (2005:21), “hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris.” Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara di luar kelas (di lingkungan sekolah) dengan di dalam kelas mata pelajaran geografi di SMA Negeri 1 Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar. VI. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya untuk mengkaji ada atau tidaknya perbedaan prestasi belajar siswa di luar kelas (di lingkungan sekolah) dengan di dalam kelas mata pelajaran geografi di SMA Negeri 1 Krueng Barona Jaya kabupaten Aceh Besar. VII. Definisi Operasional Untuk menghindari kekeliruan, keragu-raguan dan kesalahan dalam penafsiran, kiranya perlu dijelaskan beberapa istilah pokok dalam judul skripsi ini, maka yang perlu mendapatkan penjelasan adalah : 7.1 Prestasi Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang dimaksud dengan prestasi adalah suatu hasil yang telah dicapai. Kalau dalam belajar, hasil adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan seseorang setelah belajar. Yusuf (1982:66) mengemukakan bahwa, “belajar adalah perubahan yang dialami atau yang telah diperoleh yang menyebabkan suatu individu berubah dari keadaan semula ke keadaan yang baru.” Dengan demikian “prestasi belajar” dapat diambil suatu pengertian yaitu sebagai suatu usaha untuk mendapatkan suatu kemampuan atau kepandaian. Dalam penelitian ini, prestasi yang dimaksud adalah kriteria ketuntasan minimal (KKM). 7.2 Belajar di Luar Kelas (Lingkungan Sekolah) Belajar di luar kelas (lingkungan sekolah) adalah belajar yang dilakukan di luar kelas. Adapun lingkungan pengajaran merupakan segala apa yang bisa mendukung pengajaran itu sendiri yang dapat difungsikan sebagai “sumber pengajaran” atau “sumber belajar”. 7.3 Belajar di Kelas Belajar di kelas adalah belajar yang dilakukan di ruangan tertutup, ruangan ini berfungsi sebagai tempat siswa menerima pelajaran melalui proses interaktif antara peserta didik dengan pendidik. Nawawi (dalam Djamarah dan Zain, 2010:176) mengatakan, “kelas adalah ruangan yang di batasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar”. VIII. Landasan Teoritis 8.1 Pengertian Belajar Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi /materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru. Hintzman (dalam Syah 2006:65) menyatakan, “belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut”. Jadi, dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme. Pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku/kepribadian pada diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan yang dapat ditandai dari hasil pengalaman individu itu sendiri. Surya (dalam Tohirin 2006:8) menyatakan, “belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku/ kepribadian pada diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan yang dapat ditandai dari hasil pengalaman individu itu sendiri. 8.2 Prestasi Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar sering disebut prestasi belajar. Pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar siswa, merujuk kepada aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Sudjana (dalam Tohirin 2006:151) mengemukakan bahwa, ketiga aspek di atas tidak berdiri sendiri tetapi merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hierarki. Keberhasilan dari kegiatan belajar seseorang dapat dilihat dari prestasi belajar yang dimilikinya. Dikatakan berhasil dalam belajar bukan hanya mampu memegang prediket lulus saja, tetapi harus ada usaha untuk meningkatkan kualitas belajar dengan rajin dan tekun serta berusaha mengembangkan diri sendiri. Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang dalam serangkaian kegiatan yang dilakukan terus menerus sehingga mengakibatkan perubahan tingkah laku dan timbulnya kemandirian dalam dirinya. Berhasil tidaknya sesorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil. Menurut Syah (2006:145), “faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat bedakan menjadi tiga macam, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar”. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Sedangkan faktor pendekatan belajar adalah upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. 8.2.1 Faktor internal a. Aspek jasmaniah Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi fisik yang lemah, apalagi disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajaripun kurang atau tidak berbekas. Oleh sebab itu faktor jasmani sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar yang diperoleh siswa. Kondisi yang sehat serta diikuti oleh pikiran yang sehat pula, akan memungkinkan siswa untuk mengikuti proses belajar dengan lancar. b. Aspek psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: 1) Intelegensi Reber (dalam Syah 2006:147) mengemukakan bahwa, intelegensi adalah kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Dengan demikian, tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses. 2) Sikap Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecendrungan untuk mereaksi atau merespon (respon tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap negatif siswa, guru dituntut terlebih dahulu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata pelajaran yang menjadi vaknya. Dalam hal bersikap positif terhadap mata pelajarannya, seorang guru sangat dianjurkan untuk senantiasa menghargai dan mencintai profesinya. 3) Bakat Menurut Chaplin dan Reber (dalam Syah 2006:150), secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat. 4) Minat Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan gairah yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu . Reber (dalam Syah 2006: 151) merumuskan bahwa, minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Namun terlepas dari masalah populer atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. 5) Motivasi Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.Gleitman (dalam Syah 2006:151) merumuskan bahwa, motivasi adalah pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi intrinsik; 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar .Termasuk dalam motivasi intrinsik adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan seterusnya. 8.2.2 Ekstern a. Lingkungan sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskus, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. b. Lingkungan nonsosial Faktor-fakor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. 8.2.3 Faktor pendekatan belajar Pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjangkan keefektifan dan efesiensi proses mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasiaonal yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. 8.3 Perbedaan Belajar di Luar Kelas (Lingkungan Sekolah) dengan Belajar di Kelas 8.3.1 Belajar di luar kelas (di lingkungan sekolah) Salah satu upaya yang diperkirakan dapat meningkatkan minat siswa pada pelajaran adalah dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan sekitar mencakup lingkungan alam dan pengalaman di lingkungan sekitar siswa sehari-hari. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar adalah metode dimana guru mengajak siswa belajar di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan untuk mengakrabkan siswa dengan lingkungannya. Melalui metode ini, lingkungan di luar sekolah dapat digunakan sebagai sumber belajar. Peran guru adalah sebagai motivator, artinya guru sebagai pemandu agar siswa belajar secara aktif, kreatif dan akrab dengan lingkungan. Dalam hal ini Djalil dkk (2005) menyatakan, ada beberapa hal yang perlu pertimbangan dalam menentukan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, yaitu: 1. Sumber tersebut mudah dijangkau (kemudahan), 2. Tidak memerlukan biaya tinggi (kemurahan), 3. Tempat tersebut cukup aman digunakan sebagai sumber belajar (keamanan), 4. Berkaitan dengan materi yang diajarkan di sekolah (kesesuaian). Melalui metode ini, bentuk tugas yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan anak didik pada batas frekuensi yang tetap menggairahkan mereka sehingga tidak menimbulkan kebosanan dan kejenuhan. Tentu saja untuk melakukan kegiatan belajar metode ini diperlukan perencanaan dan persiapan yang baik dengan membuat langkah-langkah pembelajarannya, dan koordinasi dengan kepala sekolah. Djalil dkk (2005), membuat beberapa langkah dalam menentukan lingkungan sebagai sumber belajar yaitu: 1. Topik dan materi pembelajaran erat sekali kaitannya dengan lingkungan 2. Lingkungan yang dipilih merupakan salah satu sumber yang paling mungkin dapat digunakan untuk memperkaya materi 3. Sumber tersebut paling sesuai dengan sekolah dilihat dari kemudahan, kemurahan, keamanan dan kesesuaian dengan materi. Sumber dari buku dirasakan kurang atau tidak ada contohnya dan sulit diterapkan pada pembelajaran dengan pendekatan PKR. 8.3.2 Belajar di kelas Belajar di kelas adalah kegiatan belajar mengajar dilangsungkan dalam ruangan. Ruang belajar terdiri dari beberapa jenis sesuai fungsinya yaitu:  Ruang kelas atau ruang tatap muka, ruang ini berfungsi sebagai ruangan tempat siswa menerima pelajaran melalui proses interaktif antara peserta didik dengan pendidik, ruang belajar terdiri dari berbagai ukuran, dan fungsi. Sistem kelas terbagi 2 jenis yaitu kelas berpindah (moving class) dan kelas tetap.  Ruang Praktik/Laboratorium ruang yang berfungsi sebagai ruang tempat peserta didik menggali ilmu pengetahuan dan meningkatkan keahlian melalui praktik, latihan, penelitian, percobaan. Ruang ini mempunyai kekhususan dan diberi nama sesuai kekhususannya tersebut, diantaranya:  Laboratorium Fisika/Kimia/Biologi,  Laboratorium bahasa,  Laboratorium komputer,  Ruang keterampilan, dll. 8.4 Evaluasi Hasil Belajar Menurut Nurkencana dan Sumartana (1990:1) pengertian evaluasi adalah lebih dipertegas lagi dengan batas nilai sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatau rangkaian proses yang sistematis yang dilakukan oleh guru untuk menentukan nilai sesuatu berdasarkan kriteria tertentu dan mengetahui kemampuan siswa dalam meraih hasil belajar melalui suatu tes. Nurkencana dan Sumartana (1990:25) menjelaskan : “Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penelitian yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang didapat”. Menurut Syah ( 2006:196), tujuan dilakukannya evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik adalah: a. Untuk mengetahui tingkat kemajuanyang telah dicapai oleh peserta didik dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu. b. Untuk mengetahui posisis atau kedudukan peserta didik dalam kelompok kelasnya. c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukau peserta didik dalam belajar. d. Untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah menggunakan kemampuan kecerdasan yang dimilikinya untuk kemampuan belajar . e. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan pendidik dalam proses belajar mengajar IX. Metode Penelitian 9.1 Populasi dan Sampel Menurut Arikunto (2006:130), “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.” Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah keseluruhan siswa kelas XI IS yang terdiri dari atas 4 kelas paralel. Mengigat populasi begitu besar, maka yang dijadikan sampel hanya 18% dari hasil populasi. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Arikunto ( 2006:134 ), jika jumlah subjek penelitiannya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih. Sampel dalam penelitian ini diambil hanya 2 kelas secara sampling purposif atau dikenal juga sebagai sampling pertimbangan. Yang menjadi pertimbangan dalam penelitian ini adalah waktu dan kesempatan yang diberikan pihak sekolah kepada peneliti. 9.2 Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Observasi, bertujuan unutk mengamati dan melihat langsung kondisi di lapangan tentang kegiatan belajar mengajar. b. Mengadakan tes pada kelas yang terpilih sebagai sampel .Tes diberikan pada saat pertemuan terakhir setelah pelaksanaan proses belajar mata pelajaran geografi baik pada saat mengajar di kelas maupun pada saat belajar di lingkungan sekolah. c. Dokumentasi, dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapat keterangan mengenai nama-nama populasi penelitian, serta nilai mid semester. 9.3 Teknik Pengolahan Data Data penelitian yang telah terkumpul, selanjutnya diolah dengan menggunakan statistik yang sesuai. Adapun statistik 1 yang digunakan berdasarkan rumus dari Sudijono ( 2005:256 ) sebagai berikut: dan Keterangan: t = Nilai derajat perbedaan rata-rata kedua kelas M1 = Nilai rata-rata yang belajar di kelas M2 = Nilai rata-rata yang belajar di luar kelas (di lingkungan sekolah) = Standar error mean variable I (yang belajar di kelas) = Standar error mean variable II (yang belajar di luar sekolah) = Simpangan baku gabungan N = Jumlah sampel 9.3 Pengujian Hipotesis Hipotesis yang akan diuji adalah: Ho : µ1= µ2 Prestasi belajar siswa yang belajar di luar kelas (di lingkungan sekolah) sama dengan prestasi yang belajar di kelas pada mata pelajaran geografi di kelas X1 SMA Negeri 1 Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar. Ha : µ1 > µ2 Prestasi belajar siswa yang belajar di luar kelas (di lingkungan sekolah) lebih tinggi dari pada prestasi yang belajar di kelas pada mata pelajaran geografi di kelas X1 SMA Negeri 1 Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar. Untuk menerima atau menolak hipotesis digunakan ketentuan yaitu terima Ha (hipotesis alternatif) jika thitung > ttabel dan dalam hal yang lain Ha ditolak, pada taraf signifikan α = 0,05 dengan db = n1 + n2 – 2. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: PT Rineka Cipta. Djalil dkk. 2005. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jurnal Ilmu Pendidikan, (online), (http://www.masbiet.com.,diakses 25 februari 2012). Djamarah, Syaiful Bhari dan Aswan Zain. 2010.Srategi belajar mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Jayadisha, Yusuf. 1982. Psikologi Perkembangan dan Psikologi Pendidikan. Bandung: Proyek Pendidikan, Proyek Penataran Guru-Guru Tertulis. Ms, Tohirin. 2005. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Nurkecana dan Sumartana. 1990. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Rohani H M, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ruang Belajar, (online), (http://www.ac.id.wikipedia.org.,diakses 25 februari 2012). Selamat, Nyoman. 2001. Pembelajaran Partisipasi Dalam meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Sastra Siswa kelas III SLTP Singaraja. Singaraja: STKIP Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Suryabrata, Sumadi. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Syah, Muhibin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1996. Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.